Pages

Senin, 10 Oktober 2011

tuLiSan Untuk aYahh

Suatu ketika, ada seorang anak perempuan yang bertanya kepada ayahnya,
tatkala tanpa sengaja dia melihat ayahnya sedang mengusap wajahnya
yang mulai berkerut-merut dengan badannya yang terbongkok-bongkok,
disertai suara batuk-batuknya.
Anak perempuan itu bertanya pada ayahnya: "Ayah, mengapa wajah ayah
kian berkerut-merut dengan badan ayah yang kian hari kian membongkok?"
Demikian pertanyaannya, ketika ayahnya sedang berehat di beranda.
Si ayah menjawab: "Sebab aku lelaki."
Anak perempuan itu berkata sendirian: "Aku tidak mengerti".
Dengan kerut kening karena jawaban ayahnya membuatnya termenung rasa
kebingungan. Ayah hanya tersenyum, lalu dibelainya rambut anaknya itu,
terus menepuk-nepuk bahunya, kemudian si ayah mengatakan: "Anakku,
kamu memang belum mengerti tentang lelaki." Demikian bisik si ayah,
yang membuat anaknya itu bertambah kebingungan.
Karena perasaan ingin tahu, kemudian si anak itu mendapatkan ibunya
lalu bertanya kepada ibunya: "Ibu, mengapa wajah Ayah jadi
berkerut-merut dan badannya kian hari kian membongkok? Dan sepertinya
ayah menjadi demikian tanpa ada keluhan dan rasa sakit?"
Ibunya menjawab: "Anakku, jika seorang lelaki yang benar-benar
bertanggung jawab terhadap keluarga itu memang akan demikian."
Hanya itu jawapan si ibu. Si anak itu pun kemudian membesar dan
menjadi dewasa, tetapi dia tetap juga masih mecari-cari jawaban,
mengapa wajah ayahnya yang tampan menjadi berkerut-merut dan badannya
menjadi membongkok?
Hingga pada suatu malam, dia bermimpi. Di dalam impian itu seolah-olah
dia mendengar suara yang sangat lembut, namun jelas sekali. Dan
kata-kata yang terdengar dengan jelas itu ternyata suatu rangkaian
kalimat sebagai jawapan rasa kebingungannya selama ini.
"Saat Ku ciptakan lelaki, aku membuatnya sebagai pemimpin keluarga
serta sebagai tiang penyangga dari bangunan keluarga, dia senantiasa
akan berusaha untuk menahan setiap ujungnya, agar keluarganya merasa
aman, teduh dan terlindung."
"Ku ciptakan bahunya yang kuat dan berotot untuk membanting tulang
menghidupi seluruh keluarganya dan kegagahannya harus cukup kuat pula
untuk melindungi seluruh keluarganya."
"Ku berikan kemauan padanya agar selalu berusaha mencari sesuap nasi
yang berasal dari tetesan keringatnya sendiri yang halal dan bersih,
agar keluarganya tidak terlantar, walaupun seringkali dia mendapat
cercaan dari anak-anaknya".
"Ku berikan keperkasaan dan mental baja yang akan membuat dirinya
pantang menyerah, demi keluarganya dia merelakan kulitnya tersengat
panasnya matahari, demi keluarganya dia merelakan badannya berbasah
kuyup kedinginan dan kesejukan karena tersiram hujan dan dihembus
angin, dia relakan tenaga perkasanya dicurahkan demi keluarganya, dan
yang selalu dia ingat, adalah di saat semua orang menanti
kedatangannya dengan mengharapkan hasil dari jerih payahnya."
"Ku berikan kesabaran, ketekunan serta kesungguhan yang akan membuat
dirinya selalu berusaha merawat dan membimbing keluarganya tanpa
adanya keluh kesah, walaupun di setiap perjalanan hidupnya keletihan
dan kesakitan kerap kali menyerangnya".
"Ku berikan perasaan cekal dan gigih untuk berusaha berjuang demi
mencintai dan mengasihi keluarganya, di dalam suasana dan situasi
apapun juga, walaupun tidaklah jarang anak-anaknya melukai
perasaannya, melukai hatinya."
"Padahal perasaannya itu pula yang telah memberikan perlindungan rasa
aman pada saat di mana anak-anaknya tertidur lelap. Serta sentuhan
perasaannya itulah yang memberikan kenyamanan bila saat dia sedang
menepuk-nepuk bahu anak-anaknya agar selalu saling menyayangi dan
saling mengasihi sesama saudara."
"Ku berikan kebijaksanaan dan kemampuan padanya untuk memberikan
pengertian dan kesadaran terhadap anak-anaknya tentang saat kini dan
saat mendatang, walaupun seringkali ditentang bahkan dikotak-katikkan
oleh anak-anaknya."
"Ku berikan kebijaksanaan dan kemampuan padanya untuk memberikan
pengetahuan dan menyadarkan, bahwa isteri yang baik adalah isteri yang
setia terhadap suaminya, isteri yang baik adalah isteri yang
senantiasa menemani, dan bersama-sama menghadapi perjalanan hidup baik
suka maupun duka, walaupun seringkali kebijaksanaannya itu akan
menguji setiap kesetiaan yang diberikan kepada isteri, agar tetap
berdiri, bertahan, sepadan dan saling melengkapi serta saling
menyayangi."
"Ku berikan kerutan di wajahnya agar menjadi bukti, bahwa lelaki itu
senantiasa berusaha sekuat daya fikirnya untuk mencari dan menemukan
cara agar keluarganya dapat hidup di dalam keluarga bahagia dan
badannya yang terbongkok agar dapat membuktikan, bahwa sebagai lelaki
yang bertanggung jawab terhadap seluruh keluarganya, senantiasa
berusaha mencurahkan sekuat tenaga serta segenap perasaannya,
kekuatannya, kesungguhannya demi kelanjutan hidup keluarganya."
"Ku berikan kepada lelaki tanggung jawab penuh sebagai pemimpin
keluarga, sebagai tiang penyangga, agar dapat dipergunakan dengan
sebaik-baiknya. Dan hanya inilah kelebihan yang dimiliki oleh lelaki,
walaupun sebenarnya tanggung jawab ini adalah amanah di dunia dan
akhirat."
Terkejut si anak dari tidurnya dan segera dia berlari, berlutut dan
berdoa hingga menjelang subuh. Setelah itu dia hampiri bilik ayahnya
yang sedang berdoa, ketika ayahnya berdiri si anak itu menggenggam dan
mencium telapak tangan ayahnya.
"Aku mendengar dan merasakan bebanmu, ayah."










Tidak ada komentar:

Posting Komentar